YUSTISSIA Nurul Afia masih mengingat betul detik-detik menegangkan saat pertama kali menerbangkan pesawat Cessna 172. Ketika dia masih tercatat sebagai salah satu siswa di Bali International Flight Academy (BIFA), dua tahun lalu. Dari titik itulah dia akhirnya mampu meraih apa yang dicita-citakan; menjadi pilot. Pilot perempuan pertama dari Cirebon.
Saat ini mungkin jadi momen paling membahagiakan dalam hidup Tissia –sapaan akrab Yustissia Nurul Afia. Setelah diterima sebagai pilot maskapai Air Asia, dia pun bersiap menerbangkan pesawat berpenumpang pertama pada 11 November 2019 mendatang. Itu sekaligus membawa dara kelahiran Cirebon 9 Januari 1999 itu pada titik yang dia impikan sejak lama. “Perasaannya senang banget,” cerita Tissia kepada Radar Cirebon, Jumat (1/11).Putri bungsu dari pasangan Jaima Taguba dan Siti Nurhandiah itu mengatakan keinginannya menjadi seorang pilot sudah ada sejak duduk di bangku SMPN 1 Kota Cirebon. Kala itu ia diajak orang tuanya mengunjungi kampung halaman sang ayah di Filipina. Ia terkesima dengan penampilan pilot perempuan yang dilihat di bandara. “Saya bilang ke ibu, keren kalau jadi pilot perempuan,” katanya.
Keinginannya itu semakin menggebu ketika Tissia memasuki masa sekolah menengah atas. Baru pada tahun 2017, setelah lulus dari SMA Dwi Warna Boarding School Bogor, ia pun diterima di Bali International Flight Academy (BIFA) bersama 25 siswa lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Empat di antaranya, termasuk Tissia, adalah perempuan.
Baca Juga:Pelantikan Dewan Pengawas KPK Bersamaan Pengambilan Sumpah Firli Bahuri DkkKangen Wamen
Tissia mengungkapkan, salah satu pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan adalah ketika pertama kali memegang kendali pesawat. Pada Oktober 2017. Saat itu, instruktur baru saja membawa pesawat lepas landas di Bandara Blimbing Sari Banyuwangi. Tissia diberikan kesempatan untuk mengendalikan pesawat tersebut sambil mengelilingi langit Banyuwangi. “Terus sampai instruksi bilang ok kontrol ada di kamu. Rasanya beda banget. Biasanya saya duduk di belakang, oh ok pesawat sudah terbang gitu kan. Sementara saya sekarang yang mengatur gerakan pesawat,” ucap Tissia takjub.
Bersama instruktur ia dilatih mengendalikan pesawat dengan benar, membelokkan hingga proses landing, yang selama ini ia dapatkan hanya teori. Meski latihan itu hanya berlangsung selama 55 menit, itu cukup membuat dirinya terpukau. “Oh ternyata begini rasanya nerbanngin pesawat. Ternyata pesawat itu nggak ada gerak-gerak atau seperti roll coaster misalnya. Itu konstan pas naik maupun turun. Jadi itu yang membuat terkagum-kagum, keren aja rasanya,” kata Tissia.