Usaha dari Suhendra tentu saja mendapatkan perlawanan keras dari aparat desa dan kecamatan. Namun, singkat cerita berkat kegigihannya, akhirnya Suhendra berhasil menarik kembali ribuan sertifikat tanah tersebut dari aparat desa dan mengembalikan kepada rakyat.
Anda pasti sudah membaca berita 17 orang oknum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan mafia sepak bola ditangkap dan diproses hukum oleh Polri.
Namun, tahukah Anda bahwa Suhendra Hadikuntono yang merupakan Ketua KPSN (Komite Pembaharuan Sepakbola Nasional) yang menginisiasi pembongkaran kasus itu?Â
Baca Juga:Disebut Amran Ada Mafia Data, Ini Penjelasan BPSKambing Semok
Dia bahkan membiayai sebagian kegiatan operasional aparat kepolisian untuk menangkap para mafia sepak bola.
Suhendra pula yang membiayai beberapa pertemuan KPSN dengan pemilik suara (voters) PSSI.Â
Hiruk Pikuk Penentuan Calon Kepala BIN
beritaradar.com memiliki catatan detail tentang bagaimana hiruk-pikuk penentuan calon Kepala BIN tersebut dan sangat menyayangkan mengapa tampak sangat sulit menentukan satu nama yang akan menjadi salah seorang kepercayaan Presiden RI yang akan sangat membantu kinerja Presiden. Dalam sejarahnya pengangkatan Kepala-kepala Intelijen di Republik Indonesia, tidak pernah terjadi kegamangan seorang Presiden dalam memilih orang kepercayaan yang memimpin Intelijen.
Hal ini memberikan kesan yang sangat dalam ke dalam komunitas intelijen bahwa pimpinan nasional saat ini belum menunjukkan ketegasan dan keyakinan yang kuat dalam penentuan Kepala BIN. Walaupun sebenarnya formula yang paling tepat adalah Kepala Intelijen harus figur profesional yang dipercaya Presiden dan dapat berkomunikasi erat 24 jam 7 hari dengan Presiden, artinya kedekatan dan kenyamanan melebihi segala perhitungan dan desakan berbagai kelompok kepentingan tentang siapa calon Kepala BIN yang layak diangkat.
Salah satu bukti tentang kegamangan di Istana yang mencuat di publik adalah berdasarkan pernyataan Menkopolhukam, yakni:”Yang menguat memang tiga nama ini (As’at, Sjafrie, dan Fachrul). Tapi keputusannya nanti tinggal satu, kita tunggu saja,” kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia, Tedjo Edhy Purdijatno, seusai rapat kabinet di kantor Presiden, Selasa, 2 November 2014.
Selain itu, Tedjo juga mengungkapkan bahwa: “Sjafrie sempat muncul, TB Hasanuddin muncul terus tenggelam lagi, As’ad Ali masih ada terus tenggelam. Nama Sutiyoso pertama-tama muncul keras dia, lalu tenggelam sekarang muncul lagi,” kata Tedjo di Istana Negara, Jakarta.