Kami kuliah S.1 Ilmu Pendidikan selama 4 tahun. Belum lagi jenjang S.2 dan S.3 kami memperdalam pemikiran dalam filsafat dan metodologi pendidikan. Menguji teori dan hipotesa secara praktik dan aplikatif.
Kami belajar dan meneliti cara membuat desain rancangan pengajaran, membuat silabus dan kurikulum pendidikan hingga membuat inovasi media pengajaran.
Semua kami lakukan demi menghasilkan out put pendidikan terbaik bagi generasi bangsa yang jauh tertinggal peringkatnya di Asia, apalagi di dunia. Oleh karena itulah, mengapa persyarat dosen itu sangat berat, sebab kualitas dosen akan menjadi penentu kualitas pendidikan kita. Lah, ini bagaimana jika Menterinya bukan seorang pakar pendidikan?!!
Baca Juga:Menilik Calon Kepala BINDisebut Amran Ada Mafia Data, Ini Penjelasan BPS
Sama halnya, kami para guru dan pengajar di sekolah juga sangat mengharapkan adanya perbaikan dan pembenahan dalam pengelolaan sistem pendidikan di Indonesia.
Sudah menjadi semacam mantra klasik yang seringkali para pendahulu kami ucapkan bahwa “Setiap pergantian Menteri akan terjadi pergantian kurikulum” itu hal yang wajar masih bisa kami terima.
Namun, kali ini sungguh berbeda, bukan sekedar ganti Menteri, tapi kali ini benar-benar menghentakkan bagi kami, sebab Menteri Pendidikan yang menggantikan bukanlah dari kalangan yang kami tahu platform latar belakang pengalamanya bukan dari seorang pendidik, melainkan dari seorang pengusaha ekonomi digital yang prestasinya cukup kami tahu jasa dan aplikasinya sering kami gunakan.
Bagaimana bisa Mendikbud yang diangkat dari kalangan CEO pebisnis online? Tentu, tantangan dan mekanisme berbeda, antara institusi dan perusahaan berbasis sistem digital? Apa tidak kacau dunia pendidikan kita nantinya jika semua persoalan diselesaikan secara sistem mekanik dan digital? Bagaimana hal ini bisa terjadi dalam dunia pendidikan kita, Pak?!!
Bagaimana apakah dia orang yang benar-benar paham dan telah mengerti cara menyelesaikan persoalan dalam problematika pendidikan yang setiap tahunnya -sejak Indonesia merdeka-selalu diselenggarakan seminar pendidikan yang tak kunjung usai dipikirkan dan dibahas serta diperdebatkan oleh para professor dan pakar pendidikan kita sampai hari ini.
Persoalan pendidikan yang hingga sampai hari ini menggurita adalah sengkarut kompleksitas kurikulum 2013 yang belum kunjung usai, dimana para pengajar dan anak didik terkesan “dijejali” sistem pengajaran yang mereka sendiri kebingungan.