Di dalam pabrik SRAM itu, kami juga melihat fasilitas pembuatan sproket, wheelset, serta rem. Lalu ada “pabrik mini” di dalam pabrik itu. Berupa rangkaian mesin di dalam sebuah kotak transparan 2 x 3 meter. Di dalam pabrik mini itulah sebuah bottom bracket (BB) bisa dituntaskan dari start sampai finis. Hanya perlu satu orang di luar untuk mengawasi segala prosesnya!
Menakjubkan, betapa sebuah “kotak” berukuran 2 x 3 meter bisa menghasilkan begitu banyak bottom bracketyang digunakan orang dari Amerika, Eropa, sampai Indonesia.
Menurut Elbert Cho, dari seluruh produk yang dibuat oleh SRAM, Amerika dan Eropa sama-sama menyerap hingga 40 persen. Lalu 20 persennya untuk bagian dunia lain, termasuk Asia (Australia dan Selandia Baru dimasukkan di sini).
Baca Juga:Inggris Bongkar Modus Kelompok Peretas Rusia, TurlaPakai Kemeja Putih Celana Hitam, Sri Mulyani Tiba di Istana
Keluar dari pabrik SRAM itu, saya pun berpikir. Semua penghobi harus benar-benar mengapresiasi sepeda yang mereka tunggangi. Karena ada begitu banyak investasi, teknologi, dan kerja keras yang dicurahkan untuk menghasilkan semua komponen yang mereka gunakan. Termasuk komponen-komponen terkecil.
Saya jadi ingat salah satu tulisan “Azrulminati” yang kami pasang di dalam toilet di Wdnsdy Café di Surabaya Townsquare. Bunyinya: “Mengendarai sepeda hanya jarak pendek berarti tidak menghargai kerja keras dan sekolah para desainer dan produsen, yang banting tulang memeras otak membuat sepeda lebih cepat dan lebih lincah menanjak.”
Intinya harus selalu ditegaskan: Kita harus respectterhadap sepeda yang kita tunggangi. Ini bukan tunggangan main-main, ini bukan hobi main-main! (azrul ananda)