Sementara itu, Sukawarsini Djelantik, peneliti terorisme dari Universitas Katolik Parahyangan, mengungkapkan bahwa pelaku penyerangan terhadap Matori adalah kelompok Jamaah As-Sunnah (JA) yang mulai aktif tahun 2000 ketika pecah konflik diAmbon. Kelompok ini menekankan ajaran tauhid dan jihad. Salah satu hal yang dipegang teguh adalah Jamaah As-Sunnah menganggap bahwa demokrasi adalah suatu agama kafir yang tidak boleh diikuti karena demokrasi meletakkan kedaulatan di tangan rakyat bukan di tangan Allah. Ini berarti bahwa demokrasi menjadikan rakyat sebagai Tuhan.
“JA melakukan upaya pembunuhan sebanyak dua kali, terhadap Wakil Ketua MPR Matori Abdul Jalil (2000) dan seorang warga negara Amerika Serikat (2007). Matori Abdul Djalil dijadikan sasaran karena diduga mendukung kelompok Kristen dalam konflik Ambon,” tulis Sukawarsini dalam Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional.
Usaha pembunuhan dilakukan pada 5 Maret 2000 oleh dua pelaku anak buah Haris Fadilah alias Abu Dzar, mertua Umar Al-Faruq, tokoh Al-Qaeda yang ditangkap di Indonesia. Sebelum beraksi, kedua orang ini menjalani latihan selama satu minggu.
Baca Juga:Politikus PDI Perjuangan Pertama Merapat ke IstanaPolitisi Nasdem Syahrul Yasin Limpo Penuhi Panggilan Jokowi
“JA dan AMIN (Angkatan Mujahidin Islam Nusantara) bekerja sama dalam pelatihan militer dan perencanaan pembunuhan Matori Abdul Djalil,” tulis Sukawarsini. “JA memberikan pelatihan pengintaian dan asasinasi kepada anggota-anggota AMIN karena dua alasan. Pertama, tokoh JA dan AMIN berasal dari organisasi Negara Islam Indonesia. Kedua, pemimpin AMIN berhasil meyakinkan pemimpin JA bahwa Matori adalah pendukung pasukan Kristen di Ambon.”
Selain dengan AMIN, JA juga bekerja sama dengan Laskar Jihad, Majelis Mujahidin Indonesia, Jamaah Islamiyah, dan Jamaah Tauhid Wal Jihad. JA bekerja sama dengan Laskar Jihad dalam mempersiapkan orang-orang yang akan dikirim ke Ambon.
Menurut Sukawarsini upaya pembunuhan terhadap Matori dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, melalui pengintaian (surveillance). Kedua, menetapkan jadwal pembunuhan, yaitu Minggu pagi, 5 Maret 2000. Ditentukan pula senjata yang akan dipakai yaitu pistol FN 46 dengan nomor seri 1585794 US ARMY dan sebilah golok (sebagai cadangan). Ketiga, menelepon rumah Matori pada hari H pukul 08.30 WIB untuk menentukan keberadaan Matori. Keempat, bertamu ke rumah Matori dengan berpura-pura menawarkan jasa interior rumah. Kelima, ketika Matori sibuk melihat-lihat brosur yang ditawarkan, salah seorang pembunuh berusaha menembaknya. Namun karena pistolnya macet, kepala Matori dibacok pada bagian belakang. Keenam, melarikan diri.