Matori dilarikan ke RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dia mendapatkan perawatan intensif di ruang ICU. Keadaannya membaik setelah luka-lukanya dijahit dengan 30 jahitan.
Dalam biografi Matori Abdul Djalil,Pergulatan Membela yang Benar, Mahrus Ali dan MF Nurhuda Y. mengungkapkan dugaan motif penyerangan terhadap Matori. Pertama, Matori termasuk salah satu tokoh politik yang getol mendorong agar Soeharto diadili. Sikap ini membuat keluarga Cendana tak terima.
Kedua, PKB pimpinan Matori mendukung Presiden Gus Dur untuk mencabut Tap MPRS No. XXV/1966 tentang pelarangan PKI dan penyebaran Marxisme, Leninisme, dan Komunisme. Tap MPRS ini digunakan penguasa Orde Baru untuk merawat stigma komunisme dan membabat organisasi-organisasi yang dicap komunis atau berbasis kiri.
Baca Juga:Politikus PDI Perjuangan Pertama Merapat ke IstanaPolitisi Nasdem Syahrul Yasin Limpo Penuhi Panggilan Jokowi
“Rencana Gus Dur itu ditolak oleh pendukung Soeharto. Mungkin dari situlah muncul penilaian bahwa Matori (yang Ketua PKB) dianggap PKI dan karena itu harus dihabisi supaya Tap MPRS yang melarang PKI tetap berlaku. Karena itu tidaklah aneh, jika dari kelompok pendukung Soeharto itu muncul plesetan bahwa PKB bukan singkatan Partai Kebangkitan Bangsa melainkan Partai Komunis Baru,” tulis Mahrus dan Nurhuda.
Ketiga, selain untuk membungkam Matori, penyerangan itu diharapkan menimbulkan chaos yang akan menurunkan kredibilitas Presiden Gus Dur. Menurut Mahrus dan Nurhuda, pelakunya diduga sama dengan pelaku pemboman Masjid Istiqlal tahun 1999. Suatu perguruan cukup terkenal di wilayah Jakarta mengirimkan satgas sekitar 30 orang untuk memberi pelajaran kepada Matori.
Rencananya Matori akan dikerjai saat olahraga pagi di sekitar kediamannya. Karena suasana cukup ramai, akhirnya Matori digarap di rumahnya. Uniknya, dari kelompok ini, teman mereka yang ditugasi membacok Matori kemudian dibunuh juga untuk menghilangkan jejak. Yang mengeroyok pelaku juga teman mereka sendiri. Demikian halnya dengan orang yang berteriak maling dan menyerahkan pistol, juga anggota mereka.
Dugaan-dugaan tersebut menyulut kontroversi. Dalam perkembangannya, menurut Mahrus dan Nurhuda, kasus penyerangan terhadap Matori tidak pernah tuntas diungkap, bahkan cenderung ditutupi. Pelaku penyerangan (Sabar alias Tanzul Arifin) memang berhasil ditangkap bahkan hanya dalam empat hari setelah kejadian. Akhirnya, dia dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara.