MALAYSIA terusik dengan perkembangan situasi di Laut China Selatan. Sampai-sampai, Negeri Jiran itu merasa perlu meningkatkan kekuatan armada angkatan lautnya.
Sejak beberapa pekan terakhir, situasi di kawasan tersebut kembali memanas. Terutama sejak bulan lalu ketika kapal perusak AL Amerika Serikat mulai berlayar di dekat pulau-pulau yang diklaim Tiongkok. Tiongkok menyalahkan AS karena telah meningkatkan ketegangan dengan mengirim kapal perang dan pesawat militer ke wilayah tersebut.
Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah mengatakan, pihaknya bisa saja mengeluarkan nota protes pada AS. Namun dengan kekuatan angkatan laut dan maritim yang dimiliki saat ini, Malaysia berada di posisi yang kurang menguntungkan, terutama jika terjadi konflik.
Baca Juga:Politikus Demokrat Heran CCTV Pengrusakan Buku Merah KPK Beredar, Kok Bisa?Batas Waktu Habis, Kasus Novel Gelap
“Kapal Angkatan Laut Kerajaan Malaysia lebih kecil dari kapal penjaga pantai dari Tiongkok. Kami tidak ingin (konflik) terjadi, tetapi aset kami perlu ditingkatkan, sehingga kami dapat mengelola perairan kami dengan lebih baik jika ada konflik antara kekuatan utama di Laut Cina Selatan,” ujar Saifuddin kepada parlemen.
Seakan sepakat dengan menlunya, Perdana Menteri Mahathir Mohammad juga mengatakan Malaysia terlalu kecil untuk berdiri di atas kekuatan Asia. Termasuk ketika kapal-kapal Tiongkok mensurvei teritorial Malaysia untuk minyak dan gas tanpa izin.
Meski demikian, Saifuddin mengatakan Malaysia akan terus mendorong non-militerisasi Laut China Selatan dan menyerukan pendekatan baru dengan ASEAN.
“Laut China Selatan seharusnya tidak menjadi titik konflik di antara negara-nagara. Kami konsisten pada hal itu di forum internasional seperti ASEAN, di mana kami mengangkat konsep pengendalian diri dan non-militerisasi di Laut China Selatan,” katanya. (*)