BANDUNG- Kemarau berkepanjangan, kebakaran lereng Gunung Tangkuban Parahu tepatnya di sekitar tower Pertamina BJB sulit dipadamkan petugas dan relawan.
Seperti diketahui, area hutan yang terbakar merupakan hutan lindung di bawah pengelolaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara.
Kemunculan api pertama kali diketahui Resort Pemangku Hutan (RPH) yang sedang melaksanakan patroli pada Sabtu (5/10) sekitar pukul 12.45 WIB.
Baca Juga:Jika Anda Ingin Bikin SIM, Jangan Pakai Baju Warna BiruGempa Ambon, Siswa SD Berhamburan Keluar Ruangan Kelas
Melihat adanya api di lereng gunung, Administratur (Adm) Perhutani KPH Bandung Utara, Komarudin mengatakan, para petugas langsung bergerak menuju sumber api di Blok Tower Pertamina BJB yang merupakan puncak Gunung Tangkuban Parahu ptk 44 b hutan RPH Cisarua Lembang yang masuk ke dalam wilayah administratif Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Akan tetapi, sampai Minggu (6/10) siang, baik Polisi Hutan (Polhut), Polisi Teritorial (Polter), Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), serta Relawan Masyarakat Peduli api masih tetap melakukan penyisiran titik api di lokasi kejadian.
“Upaya pemadaman berlangsung sampai jam 11 malam. Sejak pagi kemarin, petugas kembali ke lokasi untuk melakukan penyisiran dan pendinginan karena dikhawatirkan masih ada bara api,” kata Komarudin saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (7/10).
Diterangkan dia, titik api berada di lereng pegunungan yang letaknya tidak jauh dari Kawah Ratu yang saat ini masih erupsi dengan status Level II (Waspada).
“Sejak siang kemarin api sudah padam akan tetapi mesti terus dipantau karena bisa saja masih ada bara yang memungkinkan kebakaran kembali terjadi,” ungkapnya.
Sementara untuk kerusakan yang ditimbulkan, dia memaparkan, beberapa tumbuhan hutan seperti serasah, humus, paku, Anam terbakar. Bahkan api pun membakar beberapa pohon besar meskipun hanya bagian bawah pohonnya saja.
“Pohon besar yang terbakar itu bagian bawahnya saja. Untuk luas area yang terbakar masih di bawah satu hektare,” tukasnya. (RMOL)