Suatu Pertukarfikiran
(9 Februari 1978).
Kepada Redaksi:
Selaku “Cendekiawan Cornell” terhadap studi yag mereka lakukan mengenai kup 1 Oktober, 1965 di Indonesia, Francis Galbraith – (1913-1986)- menyinggung dalam serangannya terhadap kritik Amnesty International mengenai pelanggaran HAM yang menyeluruh di negeri itu (lihat suratnya di Timbangan Buku The New York, 9 Februari, 1978) , kami menganggap bahwa catatan dia itu patut sedikit dikomentari.
Pandangan tuan Galbraith mengenai hal ihwal sederhana: “kup” tahun 1965, di mana 6 jendral dibunuh, adalah suatu percobaan perebutan kekuasaan komunis yang ceroboh. Ia beranggapan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) telah melakukan “berkali-kali percobaan berdarah” untuk menggulingkan pemerintahan di Indonesia, yaitu, dalam tahun 1926, 1948 dan 1965- tetapi mengabai-kan menyebut bahwa yang pertama itu tadi adalah suatu pemberontakan terhadap kekuasaan kolonial Belanda!
Kegemaran Partai pada kekerasan, dikatakannya, didemonstrasi-kan sebelum terjadinya kup oleh kenyataan bahwa “ia menstimulir konflik di pedesaan Djawa Timur dengan suatu program penyitaan tanah yang dilakukan secara paksa oleh para pengikut PKI”. Pembaca yang tak waspada sebaiknya dinasihatkan bahwa “program” ini, yang dilaksanakan dalam tahun 1964 adalah suatu perocbaan untuk memperoleh kerelaan (compliance) dengan ketentuan-ketentuan land-reform dan bagi-hasil, yang sudah diundangkan lima tahun sebelumnya. Banyak dari kekerasan sesungguh-nya dalam tahun 1964 adalah resultat dari ulahnya tuantanah untuk secara (ilegal) menarik sewa tanah yang biasa tinggi waktu itu dalam menghadapi perlawanan kaum tani yang meningkat.
Baca Juga:YPKP Temukan 346 Kuburan Massal Korban Tragedi 1965, Bedjo Untung: Temuan Diserahkan ke Komnas HAMBelum Lihat Barbuk Bom Molotov, Pengacara Dosen IPB Sebut Dalang Demo Rusuh Adalah Orang ‘Terpandang’
Sesudah kup, tulis Tuan Galbraith, “PKI memimpin percobaan tinkgat-dua untuk menguasai Indone-sia. Mereka membunuh siapa saja yang menentang mereka; kaum non-Komunis memukul balik”.
Yang terjadi sesungguhnya bukanlah itu, bila seandainya kita percaya pada versi sejarah kup menurut CIA, yang oleh Tuan Galbraith direkomendasikan sebagai sesuatu yang “memberikan penjelasan yang baik sekali mengenai apa yang terjadi dan mengapa”. (Catatan Ben dan Ruth: CIA, Directorate of Intelligence, Indonesia – 1965: The Coup That Backfired, <1968> cukup aneh, satu-satunya studi CIA mengenai politik Indonesia yang pernah dipublikasikan atas inisiatif badan itu (CIA) sendiri). Karena meskipun adanya pandangan tinggi Tuan Galbraith terhadap usaha historiografi CIA, tampak-nya aneh, ia seperti tidak mengetahui pendapat-pendapat (CIA) itu.