BEREDAR sebuah video di media sosial yang memperlihatkan mobil ambulans tengah dihentikan oleh puluhan anggota Brimob. Diduga, video itu terjadi saat kerusuhan unjuk rasa, namun keberadaan lokasinya belum diketahui.
Dalam video tersebut tampak satu unit mobil ambulans ada di persimpangan lampu merah. Pintu belakang dan samping ambulans tersebut terlihat terbuka.
Di saat bersamaan, ada iring-iringan anggota polisi yang menggunakan sepeda motor dari arah berlawanan. Beberapa anggota polisi mendekat ke arah tersebut. Tampak ada polisi yang mendatangi pintu samping ambulans tersebut. Tak lama kemudian, ambulans itu melaju kencang.
Baca Juga:Waspada PKI BaruSiapa di Balik Group WhatsApp Kelompok Anak STM?
Video berdurasi 23 detik ini diambil dari salah satu gedung tinggi di lokasi tersebut. Polisi terlihat melepaskan tembakan gas air mata ke arah ambulans yang melaju tersebut.
Sampai sekarang kejadian ini masih kabur. Lokasi kejadian, dan bahkan ambulans itu sendiri, belum diketahui milik siapa.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo memberi penjelasan terhadap video tersebut. Menurut Dedi ada pihak yang memang ingin membuat provokasi kemudian video yang berkaitan dengan penindakan polisi disebar di media sosial hingga jadi viral.
Padahal kenyataan di lapangan, kadang ada perusuh yang masuk ke dalam ambulans, rumah sakit, hingga tempat ibadah. Kemudian video penindakan polisi tersebut disebar di media sosial dengan narasi provokatif.
“Jadi gini, rakan-rekan sudah paham betullah. Mereka selalu memprovokasi petugas, masuk rumah sakit, masuk ambulans, tempat ibadah, masuk fasilitas publik, nanti ketika polisi masuk ada bagian yang menviralkan,” ujar Dedi di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (1/10/2019).
Dedi menyebut ada kelompok-kelompok yang telah membagi tugas seperti ada yang membuat provokasi dan ada yang mengunggah dan menyebarkan di media sosial dengan narasi yang provokatif. Dedi menyebut, narasi provokasi itu dibuat guna membakar emosi masyarakat.
“Udah ada membuat videonya, sudah ada bagian yang menfoto. Itu sudah ada tugasnya masing-masing kelompok itu. Diviralkan, dibuat narasi, upload di media sosial, membakar lagi masyarakat, mengagitasi masyarakat,” jelas Dedi.