Proses dari eksperimen diawali dengan pisang Cavendish yang hijau matang, digunakan sebagai sampel setelah 24 jam mendapat perlakuan diberi etilen. Sampel pisang dibungkus dengan kertas tisu yang mengandung karbon aktif untuk menghindari cedera fisik serta untuk menyerap air dari proses respirasi.
Kemudian eksperimen dilakukan dengan menggunakan clinostat 3D selama tujuh hari kemudian sampel dipanen pada hari ke- 0, 1, 4, 5 dan 7.
Untuk mengetahui kondisi fisik dan fisiologis dapat diamati perubahan warna kulit. Warna kulit berubah secara bertahap dari hijau menjadi kuning selama tujuh hari proses pematangan buah. Warna kulit pada ruang tertutup pada clinostat sedikit berubah dan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan kondisi lainnya. Selain itu juga diukur rasio massa kulit pisang pada empat kondisi untuk memastikan hal ini.
Baca Juga:Rektor IPB: Abdul Basith Dosen yang Baik dan Aktif Jadi MotivatorFakta Mengejutkan Pulau Zannone, Surga Seks Tersembunyi bagi Kaum Bangsawan
“Hasilnya, usia pematangan terpanjang diperoleh ketika pisang disimpan pada kondisi ruang tertutup pada clinostat, diikuti oleh wadah tertutup, clinostat terbuka, dan yang terakhir adalah kontrol atau wadah tertutup saja,” jelasnya.
Fenomena ini juga didukung oleh data pola kandungan klorofil pada empat kondisi tersebut. Kandungan klorofil terendah terdapat pada clinostat wadah tertutup. Hal ini juga terkait dengan kandungan oksigen yang terbatas di sekitar buah pada kondisi kliostat wadah tertutup. Warna kulit pisang umumnya berubah secara bertahap dari hijau menjadi kuning selama proses pematangan, yang disebabkan oleh degradasi klorofil.
Selain itu eksperimen ini juga terdapat analisis molekuler untuk mendukung hipotesis bahwa simulasi microgravity menggunakan clinostat dengan wadah tertutup menghasilkan kondisi yang menunda proses pematangan pisang. (rls)