Fakta :1) Mahasiswa eksodus itu bukan cuma buka posko tanpa nama. [Awal koreksi] Tadinya saya baca tulisan di kain besar yang ada digantung di pagar kampus Uncen Abepura, “Posko ULMWP”, tapi setelah tulisan ini mengudara 1 hari 1 malam, seorang aktivis bernama Dandhy Dwi Laksono mengoreksi saya dengan foto obyek dimaksud. Ternyata saya salah baca, yang benar adalah “Posko UMUM Pelajar dan Mahasiswa Se-Papua”. Jadi bukan United Liberation Movement for West Papua bentukan Benny Wenda yang sekarang menikmati suaka politik di London. [Akhir koreksi]Mereka mencanangkan “Mogok Kuliah” bukan saja untuk mahasiswa Uncen tapi juga “Pelajar dan Mahasiswa se-Papua”, “TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi”, “SEKALI UNTUK SELAMANYA”. Itu saya ketik huruf besar bukan karena saya baper; memang begitu font style di selebaran yang beredar di Jayapura sejak H-1. Ini terlihat sekali terjemahan langsung dari “Once and For All”.
2) Aparat bukan “angkut” mereka. Pilihan kata ini menimbulkan konotasi mereka ditangkap. Aparat mengantar pendemo pulang ke asrama-asrama dan kosan di Waena dan Sentani, dengan tumpangan gratis truk tentara.
3) Setiba di Expo Waena, pendemo minta turun karena mau orasi lagi di situ. Permintaan dituruti. Aparat istirahat di pinggir jalan. Lalu pendemo menyerang aparat.
Baca Juga:Sah! 575 Anggota DPR Periode 2019-2024 Resmi DilantikPasal Karet
4) “Ada yang tewas”. Yang tewas itu Praka Zulkifli Al-Karim, dari Yonif 751/Raiders. Almarhum dibacok dan dikeroyok pendemo sampai mati.
5) Dengan tidak menyebut siapa yang tewas, pembuat twit membuka peluang konotasi bahwa yang tewas itu pendemo. Kalau belum tahu siapa yang tewas, harusnya menahan diri; daripada mengabari setengah-setengah.
“WAMENA (foto 2). Siswa SMA protes sikap rasis guru. Dihadapi aparat. Kota rusuh. Banyak yang luka tembak.”
Fakta :1) “Sikap rasis guru” itu hoax. Pada hari H memang belum diketahui hoax atau tidak, tapi dengan mengumumkan informasi setengah matang seperti itu jelas provokasi. Sebab demonya sendiri justru bertujuan meminta keterangan dari Ibu Guru ybs tentang tuduhan yang beredar; jadi masih belum pasti.Yang terungkap kemudian adalah pada 18 September 2019 oknum Ibu Guru SMA PGRI Wamena mengatakan di dalam kelas “Baca yang keras.” Lalu beredar cerita dari mulut ke mulut bahwa Ibu Guru bilang “Kera cepat tulis.”Akhirnya memicu demo.