Buyung juga mengatakan bahwa “tentara telah mengeksekusi banyak orang komunis, namun fakta itu harus disembunyikan.”
“Represi tentara terhadap PKI harus disembunyikan dari Soekarno,” kata Buyung seperti ditulis telegram Kedutaan Amerika untuk Kemenlu tanggal 23 Oktober 1965.
Adnan Buyung Nasution semasa hidup. (AFP)
Buyung yang disebutkan dua kali mendatangi Kedutaan untuk berdiskusi yakni pada 15 dan 19 Oktober 1965, juga menyampaikan informasi lainnya. “Beberapa elemen tentara berencana membebaskan pimpinan Masjumi dan PSI yang dipenjara sejak pemberontakan PRRI,” tulis laporan tersebut. Namun Buyung mengangap situasi politiknya trlalu pelik di luar, sehingga tampaknya mereka leboih aman tetap berada di penjara ketimbang di tempat lain.
Baca Juga:Kontroversi Adegan Film Pengkhianatan G30S/PKIPengawal Senior Raja Salman Tewas Ditembak Rekannya Sendiri
Dalam biodatanya Buyung disebutkan sebagai asisten pribadi jaksa agung sejak 1964 dan pernah bekerja di intelejen kejaksaan. Pada 1961, Buyung adalah perwakilan kejaksaan yang bertanggung jawab pada perencanaan keamanan bagi Jaksa Agung Robert Kennedy yang akan berkunjung ke Indonesia.
Kerusuhan Rasial Menyasar Etnik Tionghoa
Seiring propaganda anti-PKI yang diusung Angkatan Darat, sentimen anti-Cina juga berkembang luas di Sulawesi, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Warga Indonesia keturunan Tionghoa menjadi korban kekerasan dan dituding adalah pendukung, bahkan, anggota PKI.
Massa Islam menghancurkan universitas Res Publica, perguruan tinggi yang diidentikkan dengan PKI. (GETTY IMAGES)
Telegram Kedutaan untuk Kemenlu 12 November 1965 menyebutkan, “90 persen toko-toko milik orang Tionghoa di Makassar dijarah dan dihancurkan pada kerusuhan 10 November yang dilakukan hampir seluruh penduduk.” Bahkan lebih jauh lagi, alat-alat produksi milik orang Tionghoa diambil paksa tentara.
Dalam kabel diplomatik untuk Kemenlu pada 7 Desember 1965 memuat informasi bahwa aset orang Tionghoa disita tentara. Menteri Pertanian Sudjarwo mengumumkan bahwa penggilingan beras dan pabrik tekstil orang Tionghoa diambil alih militer masing-masing wilayah.
NSARCHIVE
Kader PKI Tidak Tahu Apa yang Sedang Terjadi
Dalam telegram Kedutaan ke Kemenlu 20 November 1965, digambarkan bahwa kader-kader PKI kebingungan, tidak mengerti apa yang terjadi, dan tidak tahu harus berbuat apa. Informasi didapat diplomat Amerika dari seorang jurnalis Australia yang dapat dipercaya.
Si jurnalis yang disebutkan itu adalah jurnalis Barat pertama yang mengunjungi Jawa Tengah, yakni pada 10 Oktober 1965. “Dia berbicara dengan kader-kader PKI di beberapa tempat di Jawa Tengah,” tulis laporan itu.