Gempa Kuat di Kuningan Tahun 1875: Sesar Baribis Aktif, Masyarakat di Kuningan Tetap Waspada

Gempa magnitudo 2,9 guncang Kuningan dan sekitarnya.(BMKG)
Gempa magnitudo 2,9 guncang Kuningan dan sekitarnya.(BMKG)
0 Komentar

GEMPA bermagnitudo 2,9 terjadi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Minggu (29/9/2019) pukul 08.56. Sekalipun kekuatan gempa ini kecil dan tidak memicu kerusakan, kejadian tersebut amat penting karena menandai aktifnya Sesar Baribis yang melalui kawasan padat penduduk.

Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa terletak pada koordinat 7,1 Lintang Selatan dan 108,59 Bujur Timur, tepatnya berada di darat pada jarak 17 kilometer (km) tenggara Kabupaten Kuningan dengan kedalaman 13 kilometer.

Berdasarkan peta guncangan BMKG dan laporan masyarakat, guncangan gempa yang dirasakan memiliki intensitas II-III Mercalli Modified Intensity (MMI) di Kuningan, Cikijing, Kadugede, Sangkanurip, Kalimanggis, dan Bojong. ”Sebagian warga di Kuningan berlarian keluar rumah karena terkejut dengan guncangan,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Baca Juga:Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus MpoxKebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 Ludes

Ditinjau dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menurut Daryono, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake, yang dipicu sesar aktif. ”Dugaan kuat pembangkit gempa ini adalah aktivitas Sesar Baribis segmen Ciremai,” katanya.

Peta tektonik menunjukkan di lokasi pusat gempa ini merupakan jalur Sesar Baribis, tepatnya Segmen Ciremai. Segmen Ciremai memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum M 6,5. Sesar ini juga memiliki laju pergeseran sesar 0,1 milimeter per tahun.

Sejarah mencatat aktivitas gempa yang dipicu Sesar Baribis segmen Ciremai cukup banyak. Sebagai contoh, pada tahun 1947, 1955, dan 1973 pernah terjadi gempa tektonik yang melanda daerah barat daya Gunung Ciremai dan sekitarnya. Itu diduga karena terkait struktur sesar aktif yang melintas di wilayah itu.

Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat Gunung Ciremai juga pernah terjadi pada 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di wilayah sebelah timur Gunung Ciremai.

Sejarah juga mencatat pada 25 Oktober dan 29 November 1875 terjadi gempa kuat di Kuningan mengakibatkan banyak rumah rusak, beberapa jembatan rusak, dan longsoran tebing.

”Catatan BMKG menunjukkan jalur segmen sesar ini juga memicu gempa terakhir pada 8 Februari 2018 dengan kekuatan 3,1 dan 25 Juni 2019 dengan kekuatan 2,6. Dua gempa ini juga dipicu aktivitas Sesar Baribis segmen Ciremai,” katanya.

0 Komentar