MALUKU-Pasca gempa Maluku bermagnitudo 6,5, diidentifikasi korban meninggal yang paling banyak ada di Kabupaten Maluku Tengah, yaitu 14 orang. BPBD Maluku mencatat pada Kamis (26/9), pukul 21.53 WIT, total korban meninggal sebanyak 23 orang.
Selain ditemukan di Kabupaten Maluku Tengah, korban meninggal juga terjadi di Kota Ambon sebanyak 6 orang, dan Kabupaten Seram Bagian Barat 3 orang.
BPBD setempat juga melaporkan bahwa lebih dari 100 orang menderita luka-luka. Korban luka disebabkan reruntuhan bangunan pasca gempa.Korban luka-luka terjadi di Kabupaten Maluku Tengah. Lebih dari 100 orang mengalami luka di Desa Liang. Di Kota Ambon, 5 orang luka dan telah mendapatkan perawatan medis. Sedangkan Kabupaten Seram Bagian Barat, 1 orang luka di Desa Waisama.
Baca Juga:BEM SI Bantah Klaim Menhan Ryamizard Soal Pertemuan Kamis MalamMenhan Ryamizard Klaim Bertemu 70 BEM Tanpa UI pada Kamis Malam
“Sekitar 15.000 warga masih mengungsi pasca gempa dan dikarenakan karena rumah mereka yang rusak dan mengantisipasi gempa susulan yang membahayakan bangunan tempat tinggal,” kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, sesaat lalu.
Sementara itu, kerusakan infrastruktur tidak hanya terjadi pada sektor perumahan tetapi juga fasilitas pendidikan, tempat peribadatan, perkantoran, dan fasilitas umum.
Kerusakan rumah di wilayah terdampak mencapai 171 unit, dengan rincian 59 rusak berat, 45 rusak sedang dan 67 rusak ringan. Fasilitas pendidikan rusak sebanyak 5 unit antara lain beberapa bangunan di Universitas Pattimura dan Kampus IAIN.
Berdasarkan situasi lapangan, beberapa kebutuhan berupa makan dan non-makanan mendesak diperlukan selama penanganan darurat.
Berikut ini daftar non-makanan mendesak yang dibutuhkan pascagempa Maluku, yaitu terpal sebanyak 30.000 lembar, tenda keluarga 20 buah, popok balita, pembalut perempuan, selimut 20.000 lembar, matras 5.000 lembar, tikar 10.000 lembar, alat penerang 20.000 buah dan tandom air beserta MCK. Tenda sangat dibutuhkan mengingat wilayah Maluku mengalami hujan.
Sedangkan kebutuhan makan, para penyintas membutuhkan makanan bayi sebanyak 120 paket, makanan dan minuman 20.000 paket, obat-obatan, air mineral, dan makanan siap saji. Di samping itu, pendekatan trauma healing diperlukan bagi anak-anak dan remaja.
Ditambahkan Agus Wibowo, pemerintah daerah setempat dibantu banyak pihak masih terus melakukan upaya-upaya penanganan darurat di lapangan. Tim kaji cepat melakukan pendataan untuk melihat secara lebih rinci kondisi di lapngan.