“Semua itu akan dikoneksikan dari beberapa Polda apakah para tersangka memiliki keterkaitan untuk menentukan master mind. Demo yang seharusnya damai dilakukan mahasiswa tapi ketika disusupi pelaku rusuh ini membuat demo rusuh akhirnya,” ujarnya.
Dedi menegaskan, Polri dalam melakukan pengamanan selalu mengedepankan pendekatan dialogis. Namun apabila aksi unjuk rasa yang awalnya berlangsung damai berujung anarki maka aparat akan melakukan tindakan tegas sesuai dengan undang-undang.
“Tindakan tegas dilakukan agar demo tidak meluas. Demo anarki merugikan semua pihak. Kecuali pihak yang memang bermain,” ujarnya.
Baca Juga:Ananda Badudu Ditangkap Terkait Penggalangan Dana Untuk MahasiswaKontraS Desak Kapolri Tangkap Adili Pembunuh Mahasiswa di Kendari
Pengamat politik Ujang Komaruddin meyakini, ada penunggang gelap di balik aksi rusuh akhir-akhir ini. Menurut dia, mahasiswa dan pelajar tidak mungkin melakukan aksi anarkistis dan pembakaran seperti yang terlihat pada aksi beberapa hari ini.
Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengaku tak bisa menjelaskan, siapa aktor yang berada di balik kerusuhan itu. “Saya tidak bisa menuduh siapa di belakang itu karena saya harus berdasarkan fakta. Tapi kalau ada kerusuhan ada di situ penumpang gelapnya. Siapakah orangnya, jujur tidak tahu,” kata dia.
Ujang juga menyoroti adanya isu pembatalan pelantikan Presiden Joko Widodo. Sebab, sejauh ini mahasiswa hanya menyuarakan pembatalan RUU KUHP, UU KPK dan lainnya. Karena itu, Ujang menganggap apabila ada yang menyuarakan keluar dari konteks itu, maka hal itu bukan dari mahasiswa.
“Itu sudah berlebihan. Itu orang yang memanfaatkan situasi saya rasa. Ini kan gerakan moralnya menolak UU KPK, RUU KUHP dan lain-lain itu,” katanya. (red)