Ibu segera membangunkan aku dan menyuruhku diam supaya adik-adikku tidak panik. Ketukan makin keras tetapi tidak ada tanda menggedor atau mendobrak. Ibu mulai ketakutan, tetapi aneh aku cukup tenang.
Kubuka laci meja dekat jendela untuk mengambil pisau belati Ayah, lalu aku mengendap-endap menghampiri pintu. Tindakan ini sebenarnya salah dan berbahaya. Seharusnya kami mengintip jendela depan dan memanggil penjaga di sana. Tetapi keinginan tahuku mengaburkan nalar.
Pisau belati Ayah bergagang tanduk sepanjang 25 cm itu tidak cukup tajam. Lengan Tam pernah kuiris dengan pisau itu dan tidak banyak mengeluarkan darah. Selain ini, ada dua pisau belati di rumah, belati lempar tipis runcing dan belati komando model Bowie besar dan tajam. Keduanya dibawa Ayah ke medan tugas.
Baca Juga:Kajian Bappenas Dangkal, Anggota Pansus Pemindahan Ibu Kota: Pak Jokowi Semestinya Tidak Buru-buru Umumkan Lokasi IKNMantan KaBais Minta Pemerintah Lakukan Operasi Intelijen Tangkap Penunggang Gelap
Aku dekati pintu pelan-pelan, Ibu makin gemetaran dan tangannya bergerak-gerak seolah menghapalkan jurus beladiri tangan kosong yang dipelajarinya di Purwokerto. Mulutnya komat kamit atau ndremimilberdoa campur aduk dan menggumam tidak jelas. Ibu membaca surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas yang disebutnya Al-Patekah dan Kulhu. Saat itu, Ibu memang baru belajar menghapal beberapa surat Al-Qur’an dibimbing Yu Rah, si tukang cuci merangkap guru mengaji tidak resmi.
Setelah dua tiga kali membaca, Ibu merasa kedua surat itu tidak cocok untuk menghadapi situasi ini. Lalu dia membuat tanda salib dan menggumamkan sebuah doa Katolik. Ibu memang dibesarkan dalam tradisi Katolik oleh Eyang Mujo, adik Kakek. Tetapi Ibu juga ragu-ragu apakah doa itu akan memecahkan persoalan.
Ibu diam sebentar menarik nafas, tiba-tiba dari bibirnya pelan-pelan mengalir tembang Dandhanggula Mantraweda karangan Sunan Kalijaga:
//Ana kidung rumekso ing wengi/ teguh hayu luputa ing lara/ luputa bilahi kabeh/ jim setan datan purun/ paneluhan tan ana wani/ miwah panggawe ala/ gunaning wong luput/ geni atemahan tirta/ maling adoh tan ana ngarah ing mami/ guna duduk pan sirna//
//Ada kidung yang menjaga malam / menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit / terbebas dari segala mala petaka / jin dan setan pun tidak mau (mendekat) / segala jenis sihir tidak berani / apalagi perbuatan jahat / guna-guna tersingkir / api menjadi air / pencuri pun menjauh dari aku / segala bahaya — ilmu hitam akan sirna //