JAKARTA-Komisioner KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Retno Listyarti mengungkap sejumlah temuan mengejutkan seputar demo pelajar STM dari DKI Jakarta dan Jawa Barat, di Gedung DPR RI, Rabu (25/9).
Setelah mendapat banyak pengaduan mengenai aksi tersebut sejak Rabu pagi hingga siang, KPAI mengajak Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan Jawa Barat, serta pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, langsung mengambil tindakan pencegahan hingga turun ke lapangan.
Langkah awal yang diambil KPAI bersama pihak terkait adalah mengeluarkan edaran singkat melalui aplikasi WA kepada kepala-kepala sekolah di wilayah-wilayah yang peserta didiknya bergerak menuju DPR.
Baca Juga:Gempa Magnitudo 6,8 Guncang Pulau Ambon, Ribuan Warga MengungsiDiduga Terlibat Tindak Kriminal Karhutla, 52 Perusahaan Disegel
Edaran tersebut memerintahkan kepada kepala sekolah untuk meminta para wali kelas melalui grup WA guru untuk menghubungi para orangtua di kelasnya memastikan keberadaan anak-anaknya. Kalau ada anak yang belum pulang malam itu, maka para orangtua dihimbau untuk segera mengontak anaknya.
“Itu langkah awal yang dilakukan KPAI sore itu karena kondisi sangat urgen. Memastikan anak-anak dari mana saja yang bergerak ke Jakarta juga mudah dideteksi dengan pesan berantai tersebut,” ujar Retno pada Kamis pagi (26/9).
Komisioner KPAI bidang pendidikan itu menyebutkan, pada malam hari pihaknya bersama jajaran Kemendikbud kemudian turun ke lapangan, syukur-syukur bisa meminta aparat menghentikan gas airmata dan penyisiran para demonstran anak di sekitar Senayan dan Penjompongan.
“Namun, ternyata malam itu KPAI dan Kemdikbud sulit menembus lokasi-lokasi titik massa berkumpul atau berlari menyelamatkan diri setelah terkena gas airmata. Akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi rumah rumah sakit sekitar Senayan dan Pejompongan, yaitu RS MH di Benhil dan RS Pelni,” terangnya.
Berikut rangkuman temuan mengejutkan hasil investigasi KPAI bersama Kemendikbud, Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan Jawa Barat seputar demo STM di DPR, Rabu (25/9).
Ada 14 anak korban yang diwawancarai oleh Komisioner KPAI yang dirawat di RS AL Benhil, dari percakapan tersebut diperoleh fakta-fakta sebagai berikut:
a. Korban yang dilarikan ke RS tidak hanya anak SMK (dalam ajakan medsos disebut STM), tetapi juga siswa SMA dan SMP. Bahkan korban patah tulang yang akan menjalani operasi pagi ini (26/9) adalah siswa SMPN di Jakarta Selatan.