JAKARTA-Reputasi tercipta dari keberhasilan individu memengaruhi orang lain untuk percaya. Bila cerita sudah tidak menarik kemudian gagal pula pengaruhi orang lain, maka reputasi individu tersebut diambang ketidakpopuleran.
https://twitter.com/satriohendri/status/1175924640666906624?s=20
Begitu disampaikan Analis Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio memandang posisi Jokowi dalam dinamika politik nasional belakangan ini.
Menurut, founder lembaga survei KedaiKopi ini menyatakan bila gagal di satu cerita bukan berarti kiamat lantaran reputasi langsung buruk.“Caranya gimana? Ya, bikin cerita lain. Beda topik tapi punya daya gedor strong,” kata Hensat melalui akun twitter resminya, Senin (23/9).
https://twitter.com/satriohendri/status/1175924884314021888?s=20
Baca Juga:Rapat Paripurna DPR Pengesahan 6 RUU Didominasi Kursi Kosong70 Tahun: Partai Komunis China Menatap Kecemasan
Ia mencontohkan. Misal Jokowi dinilai telah gagal mengkontrol reputasi RUU KUHP atau bahkan gagal di cerita Karhutla dan sepatu kotor, maka harus segera ada cerita baru.
Untuk hal ini Presiden Jokowi sebenarnya pada Minggu (22/9) kemarin mengajak cucunya Jan Ethes berjalan-jalan menikmati udara segar. “Tapi nampaknya ini berakhir kontroversial, kecuali reputasi sebagai kakek ramah cucu,” kata Hensat.
https://twitter.com/satriohendri/status/1175929812675809280?s=20
Meski demikian, kegagalan dalam cerita yang ada kaitannya dengan reputasi, tidak melulu salah si aktor. Bisa jadi sutradara yang salah dalam mengarahkan.
“Tapi sutradara harus menanggung beban kegagalan ini yang dapat berimbas pada kepuasan publik. Nah, siapakah sutradaranya?” tanya Hensat.
https://twitter.com/satriohendri/status/1175930229547655169?s=20
(*)