PKC juga menghadapi angin puyuh ekonomi yang kencang. Apa yang disebut keajaiban China dimotori oleh kekuatan tenaga kerja yang besar dan muda, urbanisasi yang cepat, investasi infrastruktur berskala besar, liberisasi pasar, dan globalisasi—semua faktor yang kini sudah menghilang atau berkurang.
Reformasi radikal—khususnya dalam memprivatisasi perusahaan milik negara dan berakhirnya praktik dagang neo-merkantilis—bisa mempertahankan pertumbuhan. Namun, walau menjanjikan reformasi pasar yang berkelanjutan, PKC ragu untuk menerapkannya dan memilih untuk terus bergantung pada kebijakan yang memihak sektor milik negara alih-alih swasta. Karena sektor milik negara membentuk fondasi ekonomi kekuasaan satu partai, prospek para pemimpin partai akan secara tiba-tiba merangkul reformasi ekonomi radikal terlihat suram.
Tren politik domestik juga sama mengkhawatirkannya. Di bawah Xi, PKC telah mengabaikan pragmatisme, fleksibilitas ideologi, dan kepemimpinan kolektif yang telah sangat berguna di masa lalu. Dengan peralihan neo-Maonisme PKC—termasuk penerapan ideologis yang ketat, disiplin organisasi yang kaku, dan kekuasaan otoriter yang berlandaskan ketakutan—risiko bencana akibat kesalahan kebijakan meningkat.
Baca Juga:Satu Keluarga Terpanggang, Korban Rusuh Papua 22 Warga SipilMassa Petani Sobek ‘Sertifikat’ Jokowi di Istana
Untuk pastinya, PKC tidak akan jatuh tanpa perlawanan. Seiring genggamannya terhadap kekuasaan melemah, PKC kemungkinan akan berusaha untuk menancapkan nasionalisme di kalangan pendukungnya, sambil berusaha meningkatkan opresi terhadap lawan-lawannya.
Namun strategi ini tidak akan bisa menyelamatkan rezim satu partai China. Walaupun nasionalisme mungkin bisa mendongkrak dukungan untuk partai dalam jangka pendek, energinya pada akhirnya akan buyar, terutama jika PKC gagal memberikan perbaikan standar hidup. Dan, rezim yang bergantung pada pemerasan dan kekerasan akan membayar harga besar dalam bentuk aktivitas ekonomi yang tertekan, meningkatnya perlawanan populer, melonjaknya biaya keamanan, dan isolasi internasional.
Ini bukanlah gambaran yang membesarkan hati yang akan ditampilkan Xi kepada rakyat China pada tanggal 1 Oktober nanti. Namun tidak peduli sebesar apapun nasionalisme yang disuntikkan tidak akan mengubah fakta bahwa terburainya kekuasaan PKC tampaknya semakin dekat dibanding masa manapun juga setelah berakhirnya era Mao. (*)