Sebagian ada yang patuh, namun tidak sedikit pula yang tetap bergerak dan berusaha menembus blokade polisi. Terjadi aksi saling dorong, yang disusul dengan gesekan fisik. Berikutnya tanggal 5 Mei 1998.
Dikutip dari tulisan Hendra Kurniawan berjudul “Mengenang Gejayan Kelabu” yang dimuat di Kedaulatan Rakyat edisi 8 Mei 2018, mahasiswa di Yogyakarta mulai bergerak dan harus menghadapi kekuatan aparat keamanan. Bentrok fisik tak terelakkan.
Keesokan harinya, mahasiswa dari beberapa kampus di Yogyakarta kembali menggelar unjuk rasa, termasuk UGM, UNY (dulu bernama IKIP Yogyakarta), Universitas Sanata Dharma (USD), dan UIN atau IAIN Sunan Kalijaga.
Baca Juga:Ribuan Mahasiswa Tutup Akses Jalan Menuju Gedung DPRTerduga Teroris asal Cianjur Ini, Sering Debat Soal Demokrasi dan Jihad
Sebagian besar demonstrasi berjalan dengan lancar. Namun, di Jalan Gejayan yang melewati IKIP dan Sanata Dharma, terjadi bentrokan. Polisi mengejar mahasiswa sampai ke dalam kampus.
Sebanyak 29 orang demonstran ditangkap. Tetapi, seperti diberitakan surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi 7 Mei 1998, pihak aparat keamanan meyakinkan publik bahwa mahasiswa yang ditangkap akan diperlakukan dengan baik.
Puncak unjuk rasa di Yogyakarta terjadi pada 8 Mei 1998. Pagi harinya jam 09.00 WIB, sejumlah kampus sudah memulai aksi damai, antara lain di Institut Sains dan Teknologi Akprind, STTNAS Yogyakarta, serta UKDW.
Siang harinya, pukul 13.00 WIB atau selepas salat Jumat, ribuan mahasiswa menggelar aksi di Bundaran Kampus UGM dan berlangsung tertib. Mereka menyatakan keprihatinan atas kondisi perekonomian negara, penolakan Soeharto sebagai presiden kembali, memprotes kenaikan harga-harga, serta mendesak segera dilakukan reformasi.
Kampus-kampus lain pun menghelat aksi serupa di saat yang sama, termasuk di IKIP Negeri Yogyakarta (UNY) dan Universitas Sanata Dharma yang letaknya berseberangan, hanya dipisahkan dua lajur beraspal yakni Jalan Gejayan.
Menjelang sore, para mahasiswa dan masyarakat dari Jalan Gejayan bergerak menuju UGM untuk bergabung di Bundaran. Namun aparat keamanan tidak mengizinkan. Suasana mulai panas.
Bentrok pecah sekitar pukul 17.00 WIB. Dirangkum dari berbagai sumber, pasukan keamanan menggerakkan panser penyemprot air dan tembakan gas air mata untuk membubarkan aksi massa di pertigaan antara Jalan Gejayan dan Jalan Kolombo.
Baca Juga:Indonesia Pernah Jadi Semifinalis di Piala Asia U-16, Mampukah Terulang?Chelsea vs Liverpool: Pemain Buangan Bisa Menjadi Pembeda
Kericuhan terjadi karena aparat keamanan berusaha keras mencegah aksi mahasiswa dari Jalan Gejayan bergabung dengan rekan-rekan mereka di Bundaran UGM. Mereka tidak mau konsentrasi massa semakin besar.