TAGAR #GejayanMemanggil bergema di jagat Twitter. Senin (23/9/2019) pagi, tagar itu menjelma ribuan mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi menyuarakan keresahan atas berbagai undang-undang yang dibikin oleh DPR dan pemerintah.
https://twitter.com/DonAdam68/status/1176002505064378369?s=20
Jalan Gejayan atau yang kini bernama Jalan Affandi menghubungkan berbagai kampus utama di Yogyakarta. Ada tiga perguruan tinggi besar yang langsung terkait atau berlokasi di sekitar ruas jalan ini: Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sanata Dharma, serta Universitas Atma Jaya.
https://twitter.com/siputrabatubara/status/1176028806592655360?s=20
Jalan Gejayan juga dapat dengan mudah diakses dari beberapa kampus besar lain seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran”, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND, dan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS).
Baca Juga:Ribuan Mahasiswa Tutup Akses Jalan Menuju Gedung DPRTerduga Teroris asal Cianjur Ini, Sering Debat Soal Demokrasi dan Jihad
Gejayan adalah lokasi bersejarah. Tempat ini adalah monumen perlawanan mahasiswa terhadap Soeharto tahun 1998 silam. Aksi Gejayan berpuncak pada 8 Mei 1998.
https://twitter.com/merapi_news/status/1176047225014632449?s=20
Sebelum tanggal itu, para mahasiswa sudah sering berdemonstrasi memprotes rezim Orde Baru di beberapa titik di Yogyakarta. Demo-demo ini adalah bagian dari gelombang besar di seantero Indonesia, terutama Jakarta, yang akhirnya membuat Soeharto lengser keprabon pada 21 Mei 1998.
Pada 2 April 1998, mahasiswa berencana long march dari Kampus UGM menuju Gedung DPRD Provinsi Yogyakarta yang terletak di Jalan Malioboro. Rencana tersebut terhambat karena dihalangi aparat yang sudah bersiaga di luar kampus.
Mereka dianggap mengganggu ketertiban umum oleh aparat. Polisi kemudian menawarkan kepada mahasiswa agar menumpang bus–agar lebih mudah diawasi dan menghindari mobilisasi massa yang lebih besar, namun ditolak.
Mahasiswa tetap bergerak dan terjadilah bentrokan. Selama lebih dari sejam, sebut Samsu Rizal Panggabean dalam Konflik dan Perdamaian Etnis di Indonesia, aparat dan mahasiswa saling melempar batu.
Mahasiswa menjungkirkan mobil milik pasukan keamanan yang diparkir di dekat gerbang Kampus UGM. Di mobil itu ditemukan bom molotov dan gas air mata.
Keesokan harinya mahasiswa berencana demonstrasi lagi, kali ini tujuannya adalah Keraton Yogyakarta. Kala itu, Sultan Hamengkubuwana X belum menyampaikan dukungannya terhadap gerakan reformasi. Aparat kembali mengingatkan agar mahasiswa tidak keluar kampus.