Ketika kejadian tersebut berlangsung tidak pernah dibuka ke publik. Hanya sedikit saja. Tidak bilang apa yang terjadi lebih detail, detik per detik,” imbuhnya.
Pihak koalisi sendiri telah melayangkan dua surat kepada PT Pertamina Persero dan PT Pertamina Hulu Energi. Surat tersebut berisi permintaan untuk membuka data lengkap sumur YYA-1 dan sebaran pencemaran yang diakibatkan.
Jurukampanye Greenpeace Arifsyah Nasution mengatakan pihak Pertamina tak bisa memenuhi permintaan tersebut dengan dalih tidak memiliki datanya.
Baca Juga:Jutaan Data Penumpang Bocor, Begini Penjelasan Malindo AirKebocoran Data Jutaan Penumpang Malindo Air di Dunia Maya
“Sumur ini cuma satu dari banyak sumur di blok itu. Ini bukan blok baru ini salah satu blok migas terlama. Jadi kalau mereka bilang tidak menguasai data yang kita minta, mereka kerja apa?” cetus dia.
Diketahui, kebocoran sumur YYA-1 berawal dari munculnya gelembung gas saat berlangsung kegiatan pengeboroan sumur pada pukul 1.30 WIB pada Jumat (12/7). Mabes Polri pun turun tangan melakukan penyelidikan.
Pertamina menduga pengeboran sumur reaktivasi YYA-1 pada Jumat (12/7) merupakan penyebab munculnya gelembung gas hingga ceceran minyak di kawasan itu.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya PT PHE Offshore North West Java (ONWJ) sendiri mengaku sudah membayar kompensasi tahap awal kepada warga terdampak kebocoran minyak di perairan Karawang, Jawa Barat, senilai Rp18,54 miliar kepada 10.271 warga. (*)