JAKARTA-Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang akrab disapa BJ Habibie merupakan Presiden RI ke-3. Hari ini beliau meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, karena memiliki masalah pada jantung.
Putra bungsunya, There Kemal, membenarkan bahwa ayahanda memang memiliki masalah jantung sejak usia muda, yang mengakibatkan kesehatan jantungnya kerap melemah.
Mari mengenal lebih dalam penyakit ini. Kali ini beritaradar.com sudah merangkum gejala dan penyebabnya.
Bronkitis
Baca Juga:BJ Habibie Wafat, Hari Berkabung Nasional Selama 3 HariKenangan BJ Habibie untuk Timor Leste
Adalah peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau bronkus. Bronkus sendiri berfungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan menuju paru-paru.
Pada awal November 2017, BJ Habibie menederita bronkitis. Ia menjalani perawatan intensif di RSPAD Gatot Subroto sama beberapa hari.
BJ Habibie mengalami batuk berlebih sehingga harus dirawat di rumah sakit. Salah satu gejalanya memang batuk yang berlangsung selama satu minggu atau lebih.
Secara umum, penyakit ini terbagi menjadi dua tipe yakni bronkitis akut, umumnya dialami oleh anak berusia 5 tahun dan dapat pulih dengan sendirinya dalam waktu satu minggu.
Satu lagi yakni bronkitis kronis yang biasanya dialami oleh orang dewasa berusia 49 tahun ke atas. Penyakit ini dapat berlangsung hingga 2 bulan.
Kebocoran klep jantung
BJ Habibie pernah mengalami kebocoran klep jantung, sakit yang juga diderita oleh sang istri, Ainun.
Jantung bocor merupakan kondisi dimana terdapat lubang di dekat jantung akibat kelainan. Umumnya, penyakit ini merupakan bawaan dari lahir. Tetapi beberapa kasus tertentu orang dewasa pun bisa mengalaminya karena terjadi kelainan genetik.
Baca Juga:BJ Habibie Wafat, Ini Kicauan Veronica KomanJenazah BJ Habibie: Suasana di Rumah Duka dari Menteri hingga Artis
Mudah lelah dan pembengkakan pada kaki merupakan gejala yang kerap terjadi. Dimana rasa lelah ketika melakukan aktivitas yang menguras tenaga selalu terjadi. Ketika kamu merasakan lelah yang tidak kunjung usai, haruslah diwaspadai. (*)