Kalau ada Robert, saya bisa langsung memutuskan: kita ke St Andrews saja. Satu jam perjalanan mobil dari Edinburgh.
Daripada hanya di kamar begini.
Di St Andrews cukuplah tiga jam. Pukul 15.00 bisa tiba kembali di Edinburgh. (Orang di sini menyebut pukul 15.00 dengan kata ‘fifteen hundred’).
Untung sekali kemarin. Saya tiba di Edinburgh cuaca sangat cerah. Langit biru. Daun-daun hijau. Masih pukul fifteen hundred pula.
Baca Juga:5 Fakta Keberadaan Sriwijaya Tak TerbantahkanTata Cara dan Syarat Pembuatan Akta Kelahiran
Rugilah kalau hanya di kamar. Saya pun bergegas keluar. Ke ‘Disneyland terbesar di dunia’.
Manusia begitu banyak. Wajahnya riang gembira. Antusias menatap sana. Antusias menatap sini. Turis semua. Bule semua –sekilas. Ups, banyak juga yang berwajah Tionghoa. Invasi turis Tiongkok memang sudah ke mana-mana. Menyebarkan rejeki ke segala arah – kalau di situ tidak ada Alipay.
Saya pun ingat cucu. Tepatnya diingatkan. Ini gara-gara instagram saya yang berisi pohon Harry Potter di Oxford itu.
Sebagai penggila Harry Potter, Icha, cucu pertama itu, mengingatkan: di Edinburgh lebih banyak jejak Harry Potter-nya.
Tapi saya penggemar novel-novel Dan Brown. Seperti ‘Da Vinci Code’. Bukan penggemar Harry Potter.
Saya lebih ingat pada Rosslyn Chapel. Yang lokasinya juga di Edinburgh. Setidaknya tidak sejauh St Andrews-nya Robert Lai.
Rosslyn Chapel digambarkan begitu misteriusnya. Dikaitkan dengan kelompok rahasia Freemason. Knights Templar. Terutama saat terjadi perburuan Holy Grail –cawan suci yang berisi darah Yesus yang menetes dari tiang salib itu.
Baca Juga:Misteri ‘Bismillah’ Bohemian Rhapsody QueenLion Air Ekspansi, dari Medan Kualanamu ke Yogyakarta Kulonprogo
Beda generasi beda kegemaran baca novelnya. Kadang saya harus memaksakan diri membaca Enid Blyton –untuk bisa nyambung dengan cucu. Kadang nonton D’Academy. Untuk bisa memahami istri.
Ups, ternyata terlalu sering nonton yang D’Academy itu. Sampai ikut ngefans ke Fildan. Atau Rara. Atau Saskia Gotik. Terutama bagian itu tuh –bagian Gotiknya.
Hayo, ke mana?
St Andrews demi Robert Lai?
Ke jejak-jejak Harry Potter demi cucu?
Atau ke Rosslyn Chapel demi diri sendiri.
Akhirnya saya memutuskan: menulis saja naskah ini.
Entah demi siapa. (Dahlan Iskan)