“Dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk kebaikan semua makhluk, yang dapat pindah tempat dan yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk mendapatkan,” demikian isi poin keempat Prasasti Talang Tuwo yang dijelaskan Tomi.
3. Prasasti-prasasti Persumpahan
1. Prasasti Talang Tuwo isinya tentang pembangunan Taman Srksetra oleh r Jayana bertanggal 23 Maret 684. 2. Prasasti Telaga Batu berisi persumpahan Datu Sriwijaya. 3. Prasasti Jayasiddhayatra (Prasasti D-156) (Facebook/Bambang Budi Utomo)
Prasasti-prasasti ini berisikan kutukan dan ancaman bagi mereka yang menentang atau tidak mau berbakti kepada datu Sriwijaya. Istilah “Persumpahan” berasal dari datu Sriwijaya sendiri, sebagaimana tercantum dalam prasasti-prasasti itu.
Baca Juga:Tata Cara dan Syarat Pembuatan Akta KelahiranMisteri ‘Bismillah’ Bohemian Rhapsody Queen
“vanak mmu ura vinunu sumpa dari mama kamu. kadci kmu tda bhakti,” Tomi menuliskan salah satu kalimat dari Persumpahan. Yang artinya: “Apabila kalian tidak setia kepadaku, kalian akan mati oleh kutukan ini.”
Prasasti persumpahan atau prasasti kutukan ditemukan sejak 1892 hingga yang terakhir ditemukan 1985 seluruhnya berjumlah enam buah prasasti, lima buah di antaranya dalam keadaan utuh. Dari enam prasasti tersebut yang paling lengkap isi persumpahannya hanya Prasasti Telaga Batu yang ditemukan di Palembang pada 1935 di Kelurahan 2 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II.
“Berbeda dengan prasasti-prasasti Sriwijaya lainnya, prasasti ini bagian atasnya dihias dengan kepala tujuh ekor naga. Bagian yang ditulis terletak di bawah hiasan kepala naga, dan bagian bawah bidang yang ditulis terdapat saluran air yang membentuk semacam corong ke tengah,” ujar Tomi.
Mungkin, Tomi melanjutkan, tempat air pembasuh tulisan yang kemudian ditampung dalam wadah dan diminum oleh pejabat yang diambil sumpah. Sayangnya, pada prasasti ini tidak tercantum pertanggalannya. Namun berdasarkan paleografinya berasal dari abad ke-7 Masehi.
Prasasti Telaga Batu ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, terdiri dari 28 baris tulisan. Secara garis besar isinya kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan, pengkhianatan, dan tidak taat kepada perintah datu.
4. Prasasti Siddhayatra
Prasasti ini paling banyak ditemukan di daerah bekas kota Sriwijaya di Palembang. “Siddhayatra” berarti “perjalanan suci” atau lengkapnya “Jayasiddhayatra”. Ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno pada sekeping batu yang tidak utuh.