Manajemen diperbarui. Nama “Strootjes-fabriek Ong Hok Liong” diganti menjadi “Hien An Kongsie”. Adik iparnya Liem Hock Soen (Benson Salim) diangkat sebagai Direktur Utama. Sie Twan Tjing (Samsi) menantunya diangkat sebagai Wakil Direktur Utama. Adiknya Ong Hok Pa dipercaya menangani bidang produksi.
“Hien An Kongsie” semakin berkembang. Dari produksi rokok rumahan menjadi industri berbentuk pabrik. Kemudian berganti nama menjadi PT. Perusahaan Rokok Tjap Bentoel.
Pada tahun 1970 PT. Bentoel semakin berkembang dan membutuhkan lahan perluasan. Pihak Direksi Bentoel memutuskan untuk membangun gedung baru di rumah Jalan Wiromargo. Pembangunan ini harus merobohkan rumah bersejarah itu. Tapi untunglah ada wasiat dari Ong Hok Liong yang meninggal pada 1967 untuk tetap menjaga dan memelihara rumah itu. Pemugaran hanya mengubah tata letaknya saja. Rumah tetap utuh tak mengalami perubahan dengan gaya arsitektur rumah kuno orang Tionghoa awal abad ke-20. Saat ini rumah di Jalan Wiromargo menjadi Museum Sejarah Bentoel.
Baca Juga:NKRI Harga Mati: Benny Wenda Tak Berhak Mengatur, Ini 10 Tuntutan Perwakilan PapuaBangun Istana di Papua, Jokowi Janjikan 1.000 Mahasiswa Asal Papua Jadi Pegawai BUMN
Malang Tempoe Doeloe Jilid I menyebutkan Ong Hok Liong sebagai orang yang sangat mengutamakan kegiatan kemanusiaan dibandingkan mengejar harta. Hal ini terbukti pada saat NICA yang diboncengi Belanda melancarkan agresi militer kedua menyerbu Jawa di 1948. Dia dikenal sering membantu para tentara atau republieken dalam hal apapun.
Ong dalam buku serupa dijelaskan sering menyembunyikan para tentara yang dikejar serdadu Belanda di dalam pabriknya. Tindakan ini dianggap nekat karena berisiko tinggi pada kelangsungan bisnis, bahkan hidupnya. Apabila diketahui serdadu, pabriknya bisa saja dilempar granat dan hancur seketika.
Ong juga dikenal tidak sekali dua kali memberikan bantuan besek kepada para tentara. Bantuan di dalam wadah berbentuk persegi empat dari anyaman bambu tipis ini biasanya berisi rokok. Bahkan, tak jarang dia juga mengisikan bantuan berupa uang dengan memgirimnya melalui kurir ke tempat para tentara.
Meski kini berstatus milik perusahaan British American Tobacco p.I.c, kehilangan satu peninggalan tetap menjadi pukulan telak bagi pemerintah setempat. Apalagi Kota Malang tengah berupaya mengembangkan wisata heritage-nya. Karena kejadian ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang berencana memanggil manajemen terkait untuk memberikan keterangan.