Saya begitu ngiler –menititkkan air liur– melihat begitu banyak PLTU yang dihancurkan. Hanya karena ukurannya kecil. Dan yang dimaksud kecil itu adalah 300 MW ke bawah. Bayangkan, unit 300 MW harus dibongkar. Banyak yang masih baru. Hanya karena dianggap tidak efisien. Juga kurang ramah lingkungan. Padahal, untuk kita, unit 300 MW itu sudah tergolong besar. Seluruh Kalimantan pun belum punya. Sulawesi belum punya. Bali ke timur belum punya. Maluku-Papua apalagi. Di Tiongkok dihancurkan. Begitu pengin saya memindahkannya ke Indonesia.
Tapi terkendala peraturan. Di Jawa sudah lumayan. Umumnya unit pembangkit di Jawa adalah 600 MW. Di Sumatera umumnya yang 300 MW. Kebutuhan listrik di masing-masing wilayah lah kuncinya. Untuk menentukan kebijakan ukuran unit pembangkit yang harus dibangun. Dengan teknologi ultra super critical bukan hanya lebih efisien. Secara lingkungan juga lebih bersih. Kalau tiga lokasi ultra super critical itu sudah beroperasi, bukan main. Betapa murahnya sumber listrik di Jawa. Saya bisa menghitung berapa triliun yang bisa dihemat PLN. Hanya dari tiga lokasi ultra super critical tadi.
Tapi tolong, please, ada pembaca yang bisa menyampaikan hitungan itu di kolom komentar DI’s Way hari ini. Inilah cara yang benar melakukan efisiensi. Bukan lewat cara memotong biaya pemeliharaan. Yang menghemat satu pohon sengon bisa memboroskan Rp 1 triliun. Ada lagi yang harus membuat kita gembira.
Baca Juga:Jejak Illuminati CerbonPantau HP, Link Live Streaming Brasil Vs Kolombia TVRI Pagi Ini
Tapi sssttttt…! ini hanya untuk orang di Jawa. Pembangkit ultra super critical Banten itu lokasinya di Jawa bagian barat. Ini berarti memperbaiki perimbangan Timur-Barat.
Artinya: kejadian mati lampu yang menghebohkan itu tidak akan terulang lagi. Dengan penyebab yang sama. Entahlah kalau ada penyebab lainnya. Selamat datang teknologi ultra super critical! (Dahlan Iskan)