Daryono mengatakan swarm terjadi di kawasan yang mengalami medan tegangan berkaitan dengan desakan aktivitas magmatik. Selain berkaitan dengan kawasan gunung api, beberapa laporan menunjukkan aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan nonvulkanik. Swarm memang dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh sehingga mudah terjadi retakan (fractures).
“Terjadinya fenomena gempa swarm ini setidaknya menjadikan pembelajaran tersendiri untuk masyarakat karena memang jarang terjadi. Dampak dari gempa swarm diakui memang meresahkan masyarakat. Jika kita belajar dari berbagai kasus gempa swarm di berbagai wilayah sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm memiliki struktur yang kuat,” tutur Daryono. (*)