JAKARTA-Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Ignatius Indro menilai perebutan kursi ketua umum PSSI yang sepi merupakan hal yang tidak sehat.
Menurut Indro, ada tiga faktor yang membuat persaingan menjadi ketum PSSI sepi.
Pertama, para kandidat masih menunggu pengumuman kabinet baru oleh Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober 2019.
Baca Juga:Ibu Kota Pindah, Bekas Gedung Parlemen Senayan Diusulkan Jadi Mall ReformasiKominfo Ungkap 555 Kanal Penyebar Hoaks Tentang Papua Berasal dari 20 Negara
“Banyak yang berharap jadi menteri. Bila ternyata tidak terpilih, baru mereka melirik kursi PSSI-1. Mohon maaf, jabatan Ketua Umum PSSI ini hanya untuk pelarian saja, apalagi memimpin PSSI itu tidak mudah,” jelasnya, Selasa (3/9).
Dia meyakini Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir akan maju sebagai calon ketum PSSI jika tidak terpilih jadi menteri.
“Begitu pun tokoh-tokoh lain,” tegasnya.
Kedua, kata Indro, pemberantasan match fixing atau pengaturan skor pertandingan membuat pihak yang awalnya berniat maju menjadi takut.
“Jadi, bukan karena ada kandidat yang kans atau visi misinya cukup kuat, melainkan karena kursi PSSI ini memang kurang seksi,” cetusnya.
Ketiga, Indro menengarai sepinya peminat kursi Ketum PSSI sengaja dikondisikan oleh pihak-pihak tertentu.
“Itu PR (pekerjaan rumah) kita. Biarlah waktu yang menjawab,” tegasnya.
Dia menilai sepinya peminat kursi ketum PSSI tidak sehat bagi masa depan persepakbolaan nasional.
“Sebab, kompetisinya tidak ketat, bahkan bisa terjadi calon tunggal melawan kotak kosong. Bila ini terjadi, kita tidak akan mendapatkan kandidat terbaik untuk memimpin PSSI empat tahun ke depan,” paparnya. (jos/jpnn)