Cerita tak sedap tentang pentagram sendiri dimulai pada abad ke-19. Di abad tersebut, ada kelompok olkutisme Eropa yang melawan otoritas agama dan Tuhan. Perlawanan itu, salah satunya, dilakukan dengan meruntuhkan simbol pentagram yang selama ini dipandang baik oleh masyarakat Eropa.
Menurut catatan New World Encyclopedia, pentagram yang dimaknai baik adalah yang memiliki satu sudut lancip yang menghadap ke atas. Formasi itu merepresentasikan otoritas roh atas materi. Sebaliknya, di tangan para satanis, simbol tersebut diputar dengan dua sudut lancip menghadap ke atas. Hal ini bermakna, kemenangan materi atas konsep keilahian.
Di tangan penganut okultisme itu, pentagram lalu dikombinasikan dengan Baphomet. Yakni, sosok dewa pagan yang berkepala kambing jantan bertanduk. Formasi pentagram yang telah diputar itu kemudian merepresentasikan kebangkitan kembali Baphomet.
Baca Juga:Desain Ibu Kota Negara, Usung Simpang Lima Tugu PancasilaDesain Ibu Kota Negara, Warganet Mempersoalkan Segitiga Illuminati
Bersamaan dengan itu pula, gereja di Eropa mulai melupakan penggunaan pentagram. Itu karena, pentogram sudah tercemar dan diasosiasikan dengan pemujaan iblis. Memori kolektif atas citra pentagram yang buruk itulah yang terpatri hingga kini.
Dalam artikel berjudul ‘Symbols and Their Meaning’ yang diturunkan laman Cross Road, perbedaan makna pada sebuah simbol memang seringkali terjadi. Makna ganda dalam simbol agama pun tak terhindarkan.
Filsuf Prancis, Michel Foucault, memiliki sebuah elaborasi menarik dalam menyikapi perbedaan makna tersebut. Dalam Discipline and Punish (1975), ia menyebut sebuah peristiwa historis selalu berkelindan dalam permainan kebenaran (game of truths).
Dalam pengertian itu, setiap masyarakat memiliki sejarah dan cara hidupnya sendiri. Termasuk bagaimana memahami makna dan meyakini kebenaran yang berlaku pada masanya.
Erat kaitannya dengan itu, sebuah simbol yang sama memang dapat diartikan secara berbeda. Kebenaran dari sebuah makna pun bukanlah sesuatu yang stabil, melainkan bergerak dalam relung sejarah yang senantiasa berubah.
Pentagram, atau bahkan segala macam simbol di luar sana memang bisa direpresentasikan dalam arti yang beragam. Tergantung bagaimana kekuasaan mengartikulasikan simbol tersebut.
Layaknya pentagram yang pernah diterjemahkan sebagai wujud dari ilmu pengetahuan, simbol gereja, simbol satanik, dan juga simbol ibu kota baru.