Persempit ketimpangan
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menilai percepatan pembangunan Bandara Kediri dapat mempersempit ketimpangan Jatim bagian utara dan selatan.
Khofifah menilai percepatan pembangunan Bandara Kediri tersebut diharapkan dapat menstimulir pertumbuhan ekonomi baik di sekitar bandara maupun akses ke berbagai destinasi wisata serta berkembangnya sektor perkebunan dan hortikultur di kawasan Selingkar Wilis.
“Maka dukungan bandara di Kediri akan mempercepat pengembangan Selingkar Wilis, baik sektor wisata, UMKM, perkebunan, hortikultur maupun perikanan,” jelas Khofifah.
Baca Juga:Laga Persik Kediri vs PSIM Rusuh, Begini Kronologi Versi PanpelJokowi: Jangan Turut Campur Tentukan Calon Menteri
Perempuan Gubernur pertama di Jatim tersebut juga menambahkan pembangunan bandara di Kediri kini sudah dalam persiapan akhir. Untuk itu, sebelum dilakukan groundbreaking dibutuhkan sosialisasi secara komprehensif kepada semua pemangku kebijakan agar terbangun kesepahaman yang baik terutama untuk menyerap aspirasi masyarakat dan pengembangan wilayahnya ke depan, sehingga tercipta sinergitas yang berkelanjutan dan saling menguntungkan.
Pembangunan bandara juga disambut baik warga terutama di sekitar daerah yang hendak dibangun bandara. Mereka berharap, rencana itu memang direalisasikan, sehingga mereka juga bisa menyiapkan diri salah satunya mengembangkan usaha.
Sementara itu, dua desa yang lokasi tanahnya paling luas dibeli, yakni Bulusari serta Desa Tarokan, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri. Tanah yang dibeli itu berupa kebun, sawah, hingga perumahan warga.
Kepala Desa Bulusari Rohmat Wisuguh mengungkapkan pembelian tanah petani sudah dilakukan sekitar satu tahun lalu. Awalnya warga sempat mendengar tanah itu akan dimanfaatkan untuk sirkuit, namun belakangan ternyata santer terdengar akan dijadikan bandara.
Tanah warga juga dibeli dengan harga fantastis. Jika sebelumnya tanah di desa itu hanya laku di bawah Rp50.000 per meter, kini tanah warga dibeli Rp300.000 hingga Rp700.000 per meter, tergantung kondisi apakah tanah sawah, kebun, atau perumahan.
Dirinya menyebut warga sangat mendukung dengan rencana pembangunan bandara itu, terlebih lagi ganti untung yang diberikan juga bagus. Bahkan, lebih cepat juga lebih baik. Namun, warga juga bingung sebab ternyata harga beli tanah di luar, ternyata sudah jauh lebih mahal.
“Harga yang di luar daerah Bulusari ternyata sekarang merangkak sampai Rp22 juta per ru. Kemarin juga juga minta tolong diusulkan bagaimana kalau tanahnya direlokasi atau dibuatkan perumahan. Tapi tanahnya masih memadai atau tidak,” kata dia.