Tingkat pengangguran kaum muda tetap yang tertinggi di Asia pada 10,48 persen; 42 persen populasi hidup di bawah garis kemiskinan nasional; dan Indeks Pembangunan Manusia di bawah rata-rata untuk negara-negara dalam kelompok pembangunan manusia menengah, di urutan ke-132 dari 189 negara (UNDP Human Development Report 2018).
Indeks Kelaparan Global 2017 mengkategorikan tingkat kelaparan di negara itu sebagai “serius,” meskipun selama dekade terakhir tingkat kelaparan telah berkurang dari 46,9 persen menjadi 34,3 persen. Tingkat kekurangan gizi dan terhambatnya pertumbuhan sangat tinggi. Masalah ini ditekankan oleh sulitnya akses menuju pasar, produktivitas pertanian yang rendah, dan juga dampak perubahan iklim.
Timor-Leste adalah negara kedua di dunia yang paling bergantung pada minyak. Pendapatan dari minyak dan gas sekitar 90 persen dari anggaran negara setiap tahun. Retorika diversifikasi ekonomi untuk memanfaatkan pendapatan minyak dan gas masih menjadi tantangan, dan upaya untuk mencapai tujuan ini belum membuahkan hasil, di mana prioritas dalam pengeluaran masih berfokus pada infrastruktur, jembatan, jalan, jalan raya pantai selatan, dan bandara di wilayah Oecusse dan Suai Pantai Selatan.
Baca Juga:Imigrasi Deportasi 4 Warga Australia, Ikut Demonstrasi di PapuaKisah KKN di Desa Penari dan Cerita Horor yang Viral di Internet
Pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat adalah target utama dalam perjuangan baru untuk persatuan nasional. Ini menimbulkan tantangan yang—dengan cara yang berbeda—membebani generasi muda seperti saat pendudukan asing membebani generasi yang lebih tua. Dan kaum mudalah yang sekarang harus berjuang.
Rencana Pembangunan Strategis Nasional 2011-2030 mengakui bahwa kaum muda adalah pemimpin masa depan yang akan bertanggung jawab atas transformasi sosial dan ekonomi masyarakat Timor-Leste. Rencana ini menegaskan bahwa pemerintah memiliki kewajiban moral dan konstitusional untuk mendukung dan menyediakan kondisi yang diperlukan bagi kaum muda untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai moral serta etika untuk melawan perjuangan baru.
Selama krisis 2006, elemen masyarakat yang paling aktif terlibat adalah kaum muda, terutama pemuda yang menganggur, tidak bersekolah, cenderung membuat keputusan yang tidak rasional, dan rentan terhadap provokasi dan manipulasi.
Oleh karena itu, untuk memastikan keberlanjutan semangat juang Persatuan Nasional, prioritas untuk investasi harus diarahkan pada sumber daya utama negara di masa depan―kaum muda―melalui bidang-bidang yang penting untuk pembangunan sosial seperti perawatan kesehatan, pendidikan, gizi anak, dan penciptaan lapangan pekerjaan.