DI saat semua negara berebut uang masuk capital inflow dalam menghadapi tekanan ekonomi global, ternyata uang bangsa Indonesia yang berada di bawah bantal, di bawah kasur, dan yang disimpan di luar negeri masih banyak sekali. Data yang ada di kementerian ada kurang lebih Rp11.000 triliun.
“Datanya saya ada di kantong saya ada. Yang hadir di sini saya hafal satu, dua masih nyimpan di sana, masih. Wong namanya ada di kantong saya,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri acara sosialisasi program pengampunan pajak atau tax amnesty, di Hotel Clarion, Makasar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (25/11) malam.
Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa pada 2018 akan ada keterbukaan informasi yang tidak bisa dicegah oleh negara manapun. Sehingga, nantinya uang orang di Indonesia yang ada di Singapura berapa, yang ada di Swiss berapa, yang ada di Hong Kong berapa, semuanya akan terbuka karena memang aturan internasional sudah ditandatangani semuanya.
“Itulah saya kira keterbukaan sekarang ini,” ujar Presiden.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyampaikan rasa syukurnya karena meskipun tekanan dari ekonomi global sangat berat, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama Indonesia tumbuh 4,94 persen, pada kuartal kedua 5,18 persen, pada kuartal ketiga tumbuh 5,02 persen.
Negara yang lain, ungkap Presiden Jokowi, banyak yang sudah masuk hampir ke resesi. Ada yang anjlok dari 10 ke 6,5 persen, ada yang anjlok dari 5,8 ke 4 persen. “Kita ini masih bisa bertahan dan justru tumbuh, meskipun tipis tapi bisa tumbuh,” terang Presiden seraya menyampaikan rasa syukurnya karena Provinsi Sulawesi Selatan pertumbuhan ekonominya mencapai 8,05 persen.
Bukan Jumpa Fans
Dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 8,5 persen, Presiden Jokowi berharap semua pihak di Provinsi Sulawesi Selatan ikut tax amnesty.
“Jadi, saya datang ke sini enggak hanya jumpa fans enggak. Saya ke sini ingin agar tax amnesty di Sulawesi Selatan ini bisa semuanya bergerak, baik yang usaha kecil, baik yang usaha menengah, baik yang usaha besar karena dalam pembangunan kita memerlukan tambahan injeksi dana,” tutur Presiden.