Lonjakan Bersejarah Harga Minyak Beri Dampak Negatif Ke Pasar Asia, Amankah Indonesia?

Lonjakan Bersejarah Harga Minyak Beri Dampak Negatif Ke Pasar Asia, Amankah Indonesia?
Ilustrasi kilang minyak. Foto - carbontracker
0 Komentar

Senada dengan Indonesia, performa tangguh dari ringgit telah mendukung arus masuk dana asing ke pasar saham Malaysia. Meski turun sedikit lebih dari 1% sejak 23 Februari, indeks saham Malaysia bernasib lebih baik daripada pasar regional.

India

Pasar ekuitas India termasuk salah satu yang tertekan akibat kenaikan harga minyak, mengingat negara tersebut mengimpor sekitar 85% dari kebutuhan minyaknya. Investor asing tercatat melakukan jual bersih saham-saham emiten India dengan kecepatan tinggi, eksodus tersebut menyebabkan rupee sempat terjun ke rekor terendah. Benchmark S&P BSE Sensex turun 2,9% sejak 23 Februari, dengan ramainya transaksi investor ritel domestik membantu membatasi pelemahan.

Namun, risiko lain yakni guncangan inflasi menimbulkan tantangan bagi bank sentral dan pasar keuangan di negara yang kemungkinan paling rentan terhadap lonjakan minyak mentah tersebut. Awal bulan ini, Credit Suisse Group AG menurunkan peringkat saham India menjadi underweight dalam alokasi Asia mereka, sementara meningkatkan Australia.

Korea Selatan

Baca Juga:Jokowi Ungkap Lokasi Istana Negara di IKN, Diatas Bukit Dikelilingi Pohon Berbatang KecilAda 3 Jalur Pengaruh Konflik Antara Rusia dan Ukraina, Begini Penjelasannya

Importir minyak besar lainnya, Korea Selatan juga mengalami aksi jual asing yang berkontribusi pada pelemahan mata uangnya. Won turun sekitar 3% terhadap greenback sejak invasi ke Ukraina, mencatatkan performa terburuk kedua di Asia.

Indeks Kospi, yang bahkan sebelum serangan Rusia ke Ukraina telah mencatatkan pelemahan terbesar di kawasan Asia, turun hampir 11% tahun ini karena kenaikan imbal hasil mengancam akan mengikis pendapatan dari sektor teknologi. Prospeknya sedikit membaik karena presiden terpilih baru Yoon Suk-yeol diharapkan lebih ramah terhadap bisnis daripada pendahulunya.

China

Dibanding dengan pasar Asia lain, dinamikanya sedikit berbeda untuk pasar China, di mana masalah regulasi telah menekan harga saham. China mengimpor sekitar 15% minyaknya dari Rusia dan mungkin bisa memperoleh dengan

harga yang lebih rendah untuk impor tersebut karena berkurangnya permintaan dari AS dan Eropa, menurut Jian Chang, kepala ekonom China Barclays Plc, seperti diwartakan Bloomberg.

Alat kebijakan yang beragam juga berarti Beijing dapat memerintahkan penyulingan minyak milik negara untuk memotong laba guna membatasi harga bahan bakar.

Thailand

Melonjaknya biaya bahan bakar mengancam pemulihan ekonomi yang baru dirasakan Thailand yang ekonominya sangat bergantung pada pariwisata. Invasi Rusia yang disertai kenaikan harga minyak terjadi tepat ketika negara itu mulai membuka diri untuk perjalanan internasional. Kemungkinan hilangnya turis asal Rusia yang merupakan kelompok pelancong terbesar pada bulan Januari, akan memberikan pukulan signifikan bagi perekonomian.

0 Komentar