Kenapa Ada Demonstran yang Tak Tahu Isunya, tapi Ikut Unjuk Rasa?

Kenapa Ada Demonstran yang Tak Tahu Isunya, tapi Ikut Unjuk Rasa?
0 Komentar

Dalam sebuah aksi unjuk rasa, pemahaman atas isu bukanlah faktor krusial yang mendorong munculnya sebuah partisipasi.

Aksi unjuk rasa sebagai tindakan kolektif

Aksi unjuk rasa merupakan salah satu contoh tindakan kolektif, yaitu tindakan yang dilakukan baik oleh individu maupun kelompok untuk mencapai sebuah tujuan bersama.

Sebagai sebuah tindakan yang berorientasi pada tujuan bersama, faktor identitas sosial bisa dipastikan memiliki peran signifikan.

Baca Juga:Pengembangan Teknologi Robotik di ITBParade Tauhid Ganti Acara Jadi ‘Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI’

Dalam konteks demo mahasiswa tersebut, tujuan bersamanya adalah menuntut DPR dan pemerintah untuk membatalkan revisi UU KPK dan menunda atau membatalkan pengesahan rancangan undang-undang yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat.

Identitas yang mengikat para partisipan adalah identitas sebagai warga atau bangsa Indonesia sebagai pihak yang akan terdampak berbagai regulasi tersebut, meskipun dalam praktiknya, identitas sebagai mahasiswa juga ditonjolkan sebagai sebuah motor gerakan.

Kajian psikologi sosial tentang tindakan kolektif meyakini pandangan bahwa partisipasi individu dalam tindakan kolektif didasari oleh adanya identitas sosial atau solidaritas terhadap sebuah kelompok.

Tapi tentu saja, identitas ini tidak langsung berpengaruh pada partisipasi. Sekian juta orang mengidentifikasi diri sebagai mahasiswa, atau sebagai warga Indonesia, tapi tentu saja tidak semuanya mendukung, apalagi berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut.

Jalur rasa marah dan persepsi atas daya tekan sebuah aksi

Para mahasiswa yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi beberapa waktu yang lalu, selain mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari kelompok bernama mahasiswa, mereka juga merasa sebagai rakyat yang akan terkena implikasi setiap kebijakan undang-undang yang dibuat oleh penguasa.

Tingginya identifikasi sebagai warga Indonesia berkorelasi terhadap tingginya respons emosional berupa rasa marah akibat tindakan penguasa yang tidak kompeten dalam melakukan tugasnya untuk melindungi rakyat.

Rasa marah dalam konteks ini bukanlah sesuatu yang sifatnya individual, melainkan sesuatu yang sifatnya kolektif.

Baca Juga:ITB dan Pemprov Jabar Jalin Kerjasama Wujudkan Kompor Induksi Hemat EnergiAnanda Badudu Ditangkap Polisi, Ernest Prakasa: Ini Sungguh Konyol

Rasa marah tersebut sama seperti rasa marah yang kita rasakan ketika keluarga kita dihina. Keluarga adalah representasi paling kecil dari identitas kolektif kita.

Emosi kolektif berupa rasa marah ini menjelma ke dalam bentuk-bentuk tindakan kolektif mulai dari protes di media sosial hingga aksi protes di jalanan dan gedung DPR.

0 Komentar