Akankah Konflik Ukraina-Rusia Berakhir? Perhatikan Skenario Terakhir

Akankah Konflik Ukraina-Rusia Berakhir? Perhatikan Skenario Terakhir
Di Suriah, penduduk kota Homs, Aleppo dan Damaskus turun ke jalan dengan bendera Rusia dan membentangkan huruf besar Z. Begitulah cara mereka menyatakan dukungan untuk Angkatan Darat Rusia. (twitter @dinowestborn)
0 Komentar

SERANGAN militer Rusia ke Ukraina masih berlangsung hingga saat ini, dan belum ada tanda-tanda akan melambat. Meski begitu, muncul beberapa skenario berakhirnya serangan Moskow ke Kyiv.

Apa saja? Berikut 5 skenario berakhirnya perang Ukraina, dikutip dari BBC International, Sabtu (13/3/2022)

Perang Jangka Pendek

Di bawah skenario ini, Rusia meningkatkan serangannya. Ada lebih banyak tembakan artileri dan roket tanpa pandang bulu di seluruh Ukraina. Angkatan udara Rusia meluncurkan serangan udara yang menghancurkan.

Baca Juga:Pasukan Muslim Chechen Kadyrov Pro Rusia, Lindungi Masyarakat UkrainaKebijakan Pasok DMO Sawit Makan Korban, Pabrik Oleokimia Terpaksa Berhenti Produksi

Serangan siber besar-besaran juga menyapu Ukraina, menargetkan infrastruktur nasional utama. Pasokan energi dan jaringan komunikasi terputus. Ribuan warga sipil dipastikan tewas.

Meskipun ada perlawanan, Kyiv akan jatuh dalam beberapa hari. Pemerintah diganti dengan rezim pro-Rusia. Presiden Volodymyr Zelenskyy dibunuh atau melarikan diri ke Ukraina barat atau bahkan ke luar negeri untuk mendirikan pemerintahan di pengasingan.

Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kemenangan dan menarik beberapa pasukan, meninggalkan cukup banyak untuk mempertahankan kendali di wilayah Ukraina. Ribuan pengungsi terus melarikan diri ke barat. Ukraina bergabung dengan Belarusia sebagai negara klien Moskow.

Skenario ini mirip dengan yang terjadi dengan Afghanistan-Taliban beberapa waktu lalu. Namun dapat dipastikan setiap pemerintah pro-Rusia akan menjadirentan terhadap pemberontakan. Hasil seperti itu akan tetap tidak stabil dan kemungkinan kembali pecahnya konflik akan tinggi.

Perang Jangka Panjang

Jika skenario ini terjadi, ada kemungkinan pasukan Rusia terjebak, terhambat oleh moral yang rendah, logistik yang buruk, dan kepemimpinan yang tidak kompeten saat menyerang Ukraina. Pasukan Rusia juga butuh waktu lebih lama bagi untuk menyerang kota seperti Kyiv karena banyak pasukannya yang ikut bertempur.

Bahkan setelah pasukan Rusia mencapai beberapa kota Ukraina, mereka juga harus berjuang untuk mempertahankan kendali. Ada kemungkinan Rusia tidak dapat menyediakan pasukan yang cukup untuk mengambil alih Ukraina yang begitu luas.

Pasukan pertahanan Ukraina berubah menjadi pemberontakan yang efektif, bermotivasi dan didukung oleh penduduk lokal. Sementara Barat, akan terus menyediakan senjata dan amunisi.

Baca Juga:Sandiaga Uno Ajak Pelaku Kuliner Naik Kelas Lewat Program Tepat Sasaran4 Wisatawan Lokal Ditemukan Tewas di Sungai Karing Karing Sulawesi Tenggara

Setelah bertahun-tahun, dengan kemungkinan kepemimpinan baru di Moskow, pasukan Rusia akhirnya meninggalkan Ukraina, tertunduk dan berlumuran darah, sama seperti pendahulu mereka meninggalkan Afghanistan pada 1989 setelah satu dekade memerangi pemberontak Islam.

0 Komentar