TEKANAN terhadap kawasan hutan di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, terus menguat seiring meningkatnya deforestasi yang berlangsung lebih dari dua dekade. Data Global Forest Watch menegaskan betapa besar laju kehilangan tutupan hutan di wilayah tersebut.
Dalam kurun 2002–2024, Kukar tercatat kehilangan sekitar 35 ribu hektare hutan primer basah, atau sekitar lima persen dari total kehilangan tutupan pohon selama periode tersebut. Angka ini sekaligus menunjukkan penyusutan lima persen terhadap keseluruhan luasan hutan primer basah yang tersisa di daerah itu.
Pengamat lingkungan, Direktur Pokja 30, Buyung Marajo, menilai hilangnya tutupan hutan di Kutai Kartanegara bukan lagi sekadar peringatan untuk bencana alam, melainkan kondisi krisis yang sudah dipicu sejak lama. Ia menyebut akar masalahnya berawal dari kriminalisasi masyarakat adat, ekspansi perusahaan, hingga maraknya penerbitan izin industri di daerah itu.
Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya
“Kalau bukaan tutupan hutan sudah besar, itu bukan warning lagi. Warning itu sudah ada sejak kriminalisasi masyarakat adat, pembukaan perusahaan yang ekspansi, dan meluasnya izin-izin industri,” ujarnya.
Data Global Forest Watch pada Periode 2001–2024, menunjukkan gambaran yang lebih luas, yaitu sekitar 78% kehilangan tutupan pohon di Kukar berasal dari wilayah terdampak pendorong dominan deforestasi. Tekanan terbesar datang dari kategori komoditas keras yang mencapai 67 ribu hektare. Sementara itu, aktivitas permakultur menyumbang angka jauh lebih besar, yakni 470 ribu hektare, yang menandakan perubahan bentang alam dalam skala signifikan.
Selain dua kategori tersebut, deforestasi juga dipicu pembangunan permukiman dan infrastruktur yang menyumbang sekitar 1,4 ribu hektare kehilangan tutupan pohon. Faktor gangguan temporer turut memperburuk kondisi, mulai dari penebangan hutan seluas 110 ribu hektare, kebakaran liar sekitar 25 ribu hektare, hingga praktik perladangan bergilir yang mencapai 7,8 ribu hektare.
Secara keseluruhan, Kutai Kartanegara telah kehilangan 690 ribu hektare tutupan pohon antara 2001 dan 2024, atau setara penurunan 32 persen sejak tahun 2000. Dengan angka tersebut, Kukar menjadi daerah dengan kehilangan tutupan pohon terbesar kedua di Kalimantan Timur, setelah Kutai Timur.
Buyung menilai, harusnya Pemerintah Kukar menyadari peringatan ini untuk keselamatan masyarakat. Menurutnya, dari 10 kabupaten/kota di Kalimantan Timur, hanya Bontang dan Balikpapan yang terbebas dari aktivitas pertambangan. Sementara daerah lainnya sangat bergantung pada sektor ekstraktif seperti batu bara, sawit, dan gas bumi. Ketergantungan ini, kata Buyung, menciptakan pola eksploitasi lahan dalam skala besar.
